Copyright © ASY-SYA'IR
Design by Dzignine
Sabtu, 15 November 2014

Sederhana

Kamu,

sederhana sajalah,
seperti subuh yang dingin,
bersamanya datang fajar bercahaya

sederhana sajalah,
seperti malam hening,
kedipan gemintang berkilau tanpa dipinta

sederhana sajalah,
seperti gemericik tetesan hujan,
menjemput takdir bertemu samudra

sederhana sajalah,
seperti gerakan awanan 
sekedar tertiup angin lalu pukau mata

sederhana sajalah,
seperti intan permata kemilauan
hadir indahnya tersebab tempa berjuta

sederhana sajalah,
seperti bunga yang bermekaran,
tak mampu sembunyikan wanginya pada dunia


R.A.C
Syair Nomor 060


sederhana sajalah,
aku, pasti jatuh hati karena sederhanamu,
aku, terlanjur jatuh hati pada kesederhanaanmu.
Senin, 29 September 2014

Tertakdir

Dahulu,
Aku pikir kita belum pernah berjumpa
Rupanya nama kita telah bersanding sebelum dunia dicipta

Aku pikir harus lakukan segala cara untuk dapatkanmu meski dosa
Rupanya kau untukku dan aku untukmu ketetapan Maha Cinta

Aku kira mesti tempuh jalan panjang hingga dekati zina
Rupanya pertautan kita tinggal tunggu waktu saja

Aku kira harus merangkai cerita meski sembarang terka
Rupanya usia kisah kita lebih tua dari semesta

Aku kira harus susun alur seperti novel cinta
Rupanya telah tersusun indah pada kitab di bawah pena-Nya

Aku kira perlu jalani seperti film anak remaja
Rupanya telah lama ada skenario film tentang kita 

Maaf dariku baru saja tahu
Bahwa antara kita telah tertakdir rangkaian cinta
Bahwa dengan meng-soktahu-i takdir aku telah menyakitimu
Maafkan aku, ketetapan bagimu yang bergelimang dosa

"Allah telah menulis ketetapan dan takdir para makhluk semenjak lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi" (HR. Muslim)




R.A.C
Syair Nomor 059
Senin, 08 September 2014

Maha Romantis



Romantis itu,
Bukankah selalu ada saat lain tiada?
Bukankah mampu tegarkan jiwa?
Bukankah kirim ribuan kalimat cinta?
Bukankah hadiahkan indah tanpa pinta?
Bukankah penuhi harap dalam pinta?
Bukankah selalu ingin bermesra berdua saja?
Bukankah susun alur cerita akhir bahagia?
Bukankah ubah derita jadi gembira?
Bukankah bersama selalu bisa?
Bukankah terima walau tak terbalas sempurna?
Bukankah bangkitkan rasa tanpa pandang rupa?
Bukankah mengerti tanpa harus berkata?
Bukankah beri senyum damai jiwa?
Bukankah rencanakan kebaikan?
Bukankah selalu kasih meski bertepuk sebelah tangan?
Bukankah tetap memberi meski tak disyukuri?
Bukankah buat hari lebih berarti?
Bukankah sedia peluk hangat bila dingin hati?
Bukankah penuh kejutan?
Bukankah nyatakan cinta dengan cara tak terduga?
Bukankah senyumi keluhan paling menjijikkan?
Bukankah maafkan kesalahan, kecuali diduakan?

Satu lagi tanya,
Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?


R.A.C
Syair Nomor 058
Minggu, 07 September 2014

BAIK?


BAIK itu apa?

Apakah tak pernah salah?
Atau mampu bangkit dari kesalahan?

Apakah masa lalu sempurna?
Atau memperbaiki masa lalu?

Apakah ahli ilmu?
Atau penuntut ilmu?

Apakah terjaga?
Atau tersadar lalu memperbaiki penjagaan?

Apakah ahli pahala?
Atau pendosa taubat?

Apakah para perindu surga?
Atau mantan pemburu neraka?

Apakah menangis meminta lalu diijabah?
Atau terurai air mata insyafi dosa?

Apakah yang terpercaya?
Atau belajar mempercayai?

Apakah tak pernah terjerumus ?
Atau sedang merangkak keluar dari kemaksiatan?

Apakah sedari awal dekat dengan Illahnya?
Atau tengah berusaha mendekati Illahnya?

Hanya satu atau dua,

Apakah satu sempurna?
Atau dua dianggap sama?

Apakah yang satu adalah baik?
Atau dua sama baik?

Tentu saja,
Lelaki baik untuk wanita baik
Wanita baik untuk lelaki baik
Entah mana satu atau dua

tertakdir Satu dengan satu?
tertakdir Satu dengan dua?
tertakdir Dua dengan dua?
tertakdir Dua dengan satu?

yang baik untuk yang baik
 
entah baik yang mana
sepertinya akan jumpa di ujung yang sama
jangan batasi karunia Ilahi
paling pantas mensyukuri

R.A.C
Syair Nomor 057

pendosa


Ku tutup mataku, ku benamkan pikirku dalam.
Lama, lama,
lalu ku tarik nafas dalam-dalam, ku hembuskan perlahan.
Aku mencari dalam relung sana.
Bibit-bibit iman, setitik saja tak apa.
Bibit-bibit kebaikan yang mungkin saja masih tersisa.
Sisa dari kebakaran hati, pembakaran jiwa
Terbakar atas maksiat yang kulakukan menerus saja

Ingin aku menanam lagi.
Membibit kejernihan hati.
Sirami dengan iman lagi.

Berharap ia mampu tumbuh, menjulang.
mengalahkan pohon-pohon hitam.
yang telah mati tapi tetap terpelihara.
menumbangkannya roboh atas tebangan kesungguhan

Berharap akarnya mendalam, menghujam.
mengangkat sisa-sisa bakaran.
agar tak tersembunyi lagi.
lalu hanyut tersiram air keimanan.

Aku bukan makhluk cahaya yang tak berdosa.
Adalah aku dari tanah yang kotor.
Adalah aku dari air yang hina.
Tetapi terkarunia akan kasih sayang Sang Pencipta

Lalu sempat aku pelihara kotor dan hina itu.
Hingga sempat mereka yang merajai kalbu.


Hingga sempat tak kuhiraukan iman yang berteriak itu.
Tetapi terkarunia akan kasih sayang Sang Pencipta.

Tersampai kurasa sendiri sesal hati
Di dalam gelap hatiku dibisiki.
Setitik saja, imanku bangun lagi.
Ia yang Maha Pemaaf meski diri rasa tak pantas lagi.

Terima kasih pada perantara.
Salam kasih pada penyampai rasa.


R.A.C
Syair Nomor 056
Jumat, 05 September 2014

Intan



Seperti Intan...

yang mengindah bersama zaman
yang dalam gelap sembunyikan cantiknya
yang hadapai keras tekanan dengan keanggunan

Seperti Intan...
yang keras masa hasilkan yang kuatnya
yang baja pun tak mampu kalahkannya
yang hanya intan dapat asah intan

Seperti Intan..
yang pantulan pijarnya gelorakan zaman
yang biasan pendarnya jadi spektrum indah mewarna
yang terima satu lalu berbagi tujuh warni cahaya

Seperti Intan yang...

R.A.C
Syair Nomor 055

Bulan



Ia adalah bulan
Keindahan yang tercipta untuk malam
Ia tak hilang kala siang
Korbankan indahnya untuk berpendarnya mentari

Ia adalah bulan
Pencahaya saat gelap tak berkawan
Sesekali tak nampakkan diri
Agar bintang-bintang kecil kasat mata

Ia adalah bulan
Berbagi kala pada hitamnya
Sebentar saja sempurnanya
Lalu perlahan mengalah pada masa

Ia ibuku
Korbankan indahnya untuk berpendarnya kami
Agar kami yang tak kasat mata terlihat
Agar penerusnya gantikan masa jayanya

R.A.C
Syair Nomor 054

Sua Kita



Untuk dia di sana, yang belum pun kita bersua.
Ah, mungkin kita sebetulnya sudah pernah jumpa
Mungkin sebenarnya sering kita atau beberapa kali tatap mata
Mungin juga sua kita hanya sekali, bahkan hanya sekelebat saja.
Paling tidak sepertinya kita sering jumpa dalam do'a

Bukanlah salahmu jika kita belum dipersatukan

Mungkin hanya imanku yang belum setara
Akulah yang harus berbenah-bertumbuh hingga kita dipersatukan
Meski banyak yang harus ku perbaiki aku kan berusaha
Paling tidak maafkan aku yang pendosa

Jangan bersedih jika do'amu belum dikabulkan

Percayalah, Ia tengah mempersiapkanku
Do'a agar Maha Pemberi mengaruniakan setengah agamamu
Percayalah, sang pendosa tengah berbenah sekuat tenaga
Paling tidak ku mohon sedikit lagi, bersabarlah menungguku

Untuk dia di sana, tulang rusuk yang terpisah dari dada

Padamu yang aku tak tahu siapa
Tak bisa ku terka sosokmu dalam jiwa dan raga
Ku berharap kau lah sebaik bidadari surga
Atau paling tidak izinkan aku mengantarmu hingga pintu surga.


R.A.C
Syair Nomor 053