Pernah ia datang seperti langit pagi
memberi warna pada dingin
menyejukkan pandangan yang terjaga
padanya bergantungan purnama serta kejora
dinanti ketika awanan kelabu
ia disana untuk memulai kehidupan di hari baru
ia disana untuk mematikan hari lama
Pernah juga ia hadir bagai laut
mendamaikan hati ketika tenang
mengalutkan ketika bergolak
kehidupan banyak bergantung padanya
mengingatkan diri akan teguran
dari sana ia bisa menjadi anugerah
dari sana ia bisa menjadi bencana
Cinta taklah selalu merah muda
Kali ini ia membiru
ia sempurna atau lebam-lebam
ia tenang atau gelisah
ia indah atau kelam
ia anugerah atau bencana
ia masa depan atau masa lalu
R.A.C.
Syair nomor 039.
Rabu, 02 Februari 2011
Lilin.
Tapi ia tak berharap besar.
Meskipun ia bisa menjadi besar
Tapi setia mencahaya dalam kadarnya
Ia ikhlas
Ia hidup untuk mati
Tak apa, asal mereka bahagia
Asal cahayanya berarti bagi lainya, walau sedikit saja
Ia sadar.
Ia ada di saat yang lain tak ada
Ia mencahaya disaat yang lain tak mampu mencahaya
Ia setia hingga milimeter sumbu terakhirnya
Ia ada untuk berbagi
Dalam sosoknya yang kecil
Dalam keikhlasan
Dalam kesadaran penuh
Bahkan,
Lilin tak kehilangan apapun ketika berbagi api
Bahkan,
Jiwanya terus hidup dalam semarak cahaya di raga yang baru
Tak akan mati karena berbagi
Karena cahaya ada di diri kita.
[With backsound: Lilin-lilin kecil~Chrisye]
R.A.C.
Syair nomor 38.
Author:
Ridha Ananda Cipta