Harmoni kepakan para elang
Mereka sepasang-sepasang pulang petang
Bakda surya menghilang
Sembari hayati alunan kumandang
Puaskan hati yang tertinggal di sarang
Cuap-cuap mulut kecil yang tunggu induk pulang
Erami hangat sampai hari baru datang
~ 29Juli, dari klotok arah ketapang, langit jingga bersiap petang
Rabu, 11 Maret 2015
Jiwa-Jiwa
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling jumpa, tapi saling berbagi makna;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling sapa, tapi saling hidupkan rasa;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling hampiri, tapi saling menginspirasi;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling tatap, tapi saling panjatkan harap;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling salam, tapi saling do'akan tiap malam;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling tegur, tapi saling tukar kabar penghibur;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling singgung, tapi saling rindu menggunung;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling sapa, tapi saling hadirkan bahagia;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling kunjungi, tapi saling mampu pahami;
Ah, bukankah sedari dulu jiwa-jiwa berbaris dalam garis-garis?
Mungkin jiwa-jiwa telah saling kenali meski raga tak sadari.
Mungkin jiwa-jiwa telah saling satu meski raga tak bertemu.
Mungkin jiwa-jiwa telah saling sandi meski raga tak mengerti.
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling sapa, tapi saling hidupkan rasa;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling hampiri, tapi saling menginspirasi;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling tatap, tapi saling panjatkan harap;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling salam, tapi saling do'akan tiap malam;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling tegur, tapi saling tukar kabar penghibur;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling singgung, tapi saling rindu menggunung;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling sapa, tapi saling hadirkan bahagia;
Ada jiwa-jiwa yang tak pernah saling kunjungi, tapi saling mampu pahami;
Ah, bukankah sedari dulu jiwa-jiwa berbaris dalam garis-garis?
Mungkin jiwa-jiwa telah saling kenali meski raga tak sadari.
Mungkin jiwa-jiwa telah saling satu meski raga tak bertemu.
Mungkin jiwa-jiwa telah saling sandi meski raga tak mengerti.
R.A.C
Syair Nomor 061
Author:
Ridha Ananda Cipta
Sabtu, 15 November 2014
Sederhana
Kamu,
sederhana sajalah,
seperti subuh yang dingin,
bersamanya datang fajar bercahaya
sederhana sajalah,
seperti malam hening,
kedipan gemintang berkilau tanpa dipinta
sederhana sajalah,
seperti gemericik tetesan hujan,
menjemput takdir bertemu samudra
sederhana sajalah,
seperti gerakan awanan
sekedar tertiup angin lalu pukau mata
sederhana sajalah,
seperti intan permata kemilauan
hadir indahnya tersebab tempa berjuta
sederhana sajalah,
seperti bunga yang bermekaran,
tak mampu sembunyikan wanginya pada dunia
sederhana sajalah,
aku, pasti jatuh hati karena sederhanamu,
aku, terlanjur jatuh hati pada kesederhanaanmu.
sederhana sajalah,
seperti subuh yang dingin,
bersamanya datang fajar bercahaya
sederhana sajalah,
seperti malam hening,
kedipan gemintang berkilau tanpa dipinta
sederhana sajalah,
seperti gemericik tetesan hujan,
menjemput takdir bertemu samudra
sederhana sajalah,
seperti gerakan awanan
sekedar tertiup angin lalu pukau mata
sederhana sajalah,
seperti intan permata kemilauan
hadir indahnya tersebab tempa berjuta
sederhana sajalah,
seperti bunga yang bermekaran,
tak mampu sembunyikan wanginya pada dunia
R.A.C
Syair Nomor 060
sederhana sajalah,
aku, pasti jatuh hati karena sederhanamu,
aku, terlanjur jatuh hati pada kesederhanaanmu.
Author:
Ridha Ananda Cipta
Senin, 29 September 2014
Tertakdir
Dahulu,
Aku pikir kita belum pernah berjumpa
Rupanya nama kita telah bersanding sebelum dunia dicipta
Aku pikir harus lakukan segala cara untuk dapatkanmu meski dosa
Rupanya kau untukku dan aku untukmu ketetapan Maha Cinta
Aku kira mesti tempuh jalan panjang hingga dekati zina
Rupanya pertautan kita tinggal tunggu waktu saja
Aku kira harus merangkai cerita meski sembarang terka
Rupanya usia kisah kita lebih tua dari semesta
Aku kira harus susun alur seperti novel cinta
Rupanya telah tersusun indah pada kitab di bawah pena-Nya
Aku kira perlu jalani seperti film anak remaja
Rupanya telah lama ada skenario film tentang kita
Maaf dariku baru saja tahu
Bahwa antara kita telah tertakdir rangkaian cinta
Bahwa dengan meng-soktahu-i takdir aku telah menyakitimu
Maafkan aku, ketetapan bagimu yang bergelimang dosa
"Allah telah menulis ketetapan dan takdir para makhluk semenjak lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi" (HR. Muslim)
R.A.C
Syair Nomor 059
Author:
Ridha Ananda Cipta
Senin, 08 September 2014
Maha Romantis
Romantis itu,
Bukankah selalu ada saat lain tiada?
Bukankah mampu tegarkan jiwa?
Bukankah kirim ribuan kalimat cinta?
Bukankah hadiahkan indah tanpa pinta?
Bukankah penuhi harap dalam pinta?
Bukankah selalu ingin bermesra berdua saja?
Bukankah susun alur cerita akhir bahagia?
Bukankah ubah derita jadi gembira?
Bukankah bersama selalu bisa?
Bukankah terima walau tak terbalas sempurna?
Bukankah bangkitkan rasa tanpa pandang rupa?
Bukankah mengerti tanpa harus berkata?
Bukankah beri senyum damai jiwa?
Bukankah rencanakan kebaikan?
Bukankah selalu kasih meski bertepuk sebelah tangan?
Bukankah tetap memberi meski tak disyukuri?
Bukankah buat hari lebih berarti?
Bukankah sedia peluk hangat bila dingin hati?
Bukankah penuh kejutan?
Bukankah nyatakan cinta dengan cara tak terduga?
Bukankah senyumi keluhan paling menjijikkan?
Bukankah maafkan kesalahan, kecuali diduakan?
Satu lagi tanya,
Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?
R.A.C
Syair Nomor 058
Author:
Ridha Ananda Cipta